Sabtu, 08 November 2008

about mami

Dia adalah salah satu wanita yang aq kagumi. Dia sudah seperti ibuqu walaupun dia belum pernah menjadi ibu. Wanita yang telah berumur lebih dari setengah abad yang masih berstatus single. Tidak biasanya aq rindu berlebihan seperti ini kepadanya. Dia tidak pergi kemana-mana dan masih terjangkau olehqu untuk melihatnya. Namun hari ini sungguh terasa sepi ketika aq memasuki ruanganqu disetiap paginya. Biasanya selalu ada yang menjawab “Walaikumsalam” ataupun “pagi Arie, Assalamualaikum..kok panas, AC nya belum hidup ya?” jika aq datang terlebih dulu dan sewaktu pulang tidak ada lagi kalimat “dada Arie…” atau aq bilang “ttDJ bu”. Sekarang tidak ada lagi. Aq sering kali ditinggal karena suatu tugas atau keperluan keluarga sehingga dia tidak masuk kantor, tapi aq tenang-tenang saja karena sewaktu pulang dia pasti akan duduk di kursinya dan bercerita tentang hari-harinya seperti biasa. Sekarang tidak lagi seperti itu, dia pulang ke rumah dengan status sebagai “pensiunan”. Hehe…. Dia sudah pensiun. Sewaktu belum pensiun pernah terfikir olehqu, bagaimana keadaannya jika dia pensiun, aq pasti kesepian. Sekaranglah kejadiannya. merasa kesepian merupakan suatu hal yang sangat biasa apalagi jika sedang butuh seseorang dan orang itu tidak ada.

Tidak ada ikatan darah diantara kami. Pertama kali satu ruangan dengannya rasanya segan dan takut. Tapi nyatanya dia tidak seperti yang aq duga. Dia memang patut untuk disegani. Dia punya prinsip kerja yang, mmm….seperti ini : jika ada pekerjaan sekarang maka lakukanlah sekarang selagi masih ada waktu sebelum jam pulang kantor. Kebiasaanya di waktu pagi setelah masuk ruangan adalah menyalakan TV namun tidak sepenuhnya berkonsentrasi pada TV tapi lebih konsentrasi pada koran yang ada dihadapannya ataupun langsung mengerjakan pekerjaan yang bersifat segera. Dia tidak pernah pulang lewat dari jam kantor karena menurutnya mengerjakan pekerjaan kantor diluar jam kerja adalah orang yang tidak efisien, kecuali jika pekerjaan tersebut memang terlalu buanyak dan harus selesai segera, dan itupun harus ada timbal baliknya.

Dia berlangganan penyakit rematik dan kolesterol tinggi. Gara-gara kakinya sering sakit akhirnya dia tidak lagi ikut bermain tennis bersama teman-teman kantor lamanya. Suatu ketika dia masuk rumah sakit gara-gara sesak napas. Aq heran kenapa tiba-tiba dia sakit yang dasarnya gak ada. Pagi itu dia sms kalau aq harus mengerjakan pekerjaan kantor yang akan digunakan pukul 09.00. aq pikir dia hanya sakit biasa tapi setelah hampir pukul 10.00 aq mendapat kabar kalau dia masuk rumah sakit. Kondisinya saat itu memang mengkhawatirkan karena sangat sulit untuk bernafas. ternyata dia merasakan sesak sudah sejak tengah malam dan tidak nyaman untuk membangunkan keponakannya yang tertidur pulas, akhirnya dia hanya mencoba untuk membuat nyaman tubuhnya sambil menunggu pagi. Bagi penderita asma, mungkin ini suatu hal yang biasa dan pastinya sudah diantisipasi, tapi tidak dengan ibu yang satu ini karena dia berpikir di tubuhnya tidak ada gejala asma yang akan membuatnya seperti ini maka dia tidak mengantisipasi apa-apa.

Malam harinya qu jenguk dia yang saat itu tergolek lemas namun masih bisa bicara walau terbata-bata. Dia masih bisa cerita, ngomel dan tersenyum seperti biasa. Belakangan aq tahu sebab penyakitnya itu, sedih namun ikhlas. Aq gak tau selama hidupnya dia curhat dengan siapa tentang hatinya. Hal itu yang tak berani qu sentuh darinya. Melewati hidup tanpa seorang pendamping tidaklah mudah, padahal Aq menilai dia bukanlah wanita yang sulit untuk mendapatkan seorang pria karena dia sangat bersahabat, baik hati dan tidak sombong, namun dibalik itu aq tak mengetahui bagaimana siatuasi dan pikirannya tentang laki-laki.

Aq baru sadar kalau perjalanan kami ke Mataram merupakan perjalanan terakhir kami di tahun ini. Melakukan perjalanan bersamanya sangat asik dan menyenangkan, tidak ada yang egois diantara kami. Sekali lagi, dia lebih dari ibuqu atau ibu keduaqu. Terkadang, walaupun kakinya capek dan lelah karena terlalu lama berjalan kaki dia tetap bersemangat jalan-jalan. Sewaktu kami jalan-jalan ke Tankuban Perahu, aq terpaksa harus sendirian menuruni jalan yang berbatu karena dia sudah tak mampu lagi berjalan, dan akhirnya dia hanya menunggu di bagian atas seperti menunggu anaknya yang sedang bermain. Lain lagi, sewaktu kami di Bandung. Untuk seusianya, dia cukup kuat berjalan sangat jauh dan melelahkan. Setelah makan siang kami jalan-jalan ke Mall yang tampak dekat dari hotel tapi ternyata jauh jika berjalan kaki. Setelah window shopping di mall kami jalan santai di tepian jalan kota Bandung (entah apa nama jalannya, banyak banget yang dilewati aq lupa). Setelah itu sampailah kami ke alun-alun Bandung, disana dia terlihat sangat kelelahan. Tapiii, beberapa menit kemudian dia mengajak jalan lagi ke pusat-pusat disto yang terletak di sebelah Masjid Raya. Akhirnya, setelah kembali ke hotel dia langsung berbaring di tempat tidur dan diam beberapa saat. Aq khawatir juga waktu itu, jangan-jangan dia pingsan. Hehe…ternyata enggak.

Satu hal lagi yang aq suka dan baru beberapa hari lalu dia cerita. Dia berjuang untuk memperoleh pendidikannya sendiri karena sang Ayah memiliki pemikiran bahwa anak laki-lakilah yang hanya boleh bersekolah tinggi. Setelah lulus sekolah menengah, dia memiliki keinginan keras untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan biaya sekolah yang didapat dari mengambil uang di laci warung yang dimiliki keluarga akhirnya dia bisa lulus dan kerja hingga bisa membiayai adik-adik perempuannya bersekolah.

Aq hanya berharap semoga kami bisa jalan-jalan bersama lagi dan aq berdo’a supaya dia dapat menyempurnakan ibadahnya dengan hatinya pula. Amin.

Senin, 27 Oktober 2008

indahnya keyakinan

Sungguh aq tak sabar menuliskan semua yang aq rasakan selama ini pada malam ini juga, walau dalam keadaan mengantuk akut. Bersyukur dan bahagianya, memperoleh perasaan yang tidak bisa diciptakan sendiri terhadap orang lain bagiqu adalah sebuah berkah. Perasaan dimana Tuhanlah yang memberinya yaitu cinta. Mulai dari perjalanan panjang untuk mencapai dermaga hingga menunggu kapal menjemput sungguh tak sia-sia, karena cinta tak akan sia-sia.

Aq tak bisa memaksakan diriqu untuk jatuh cinta pada A, B atau C. karena memang itulah adanya. Dia mengalir dengan sendirinya dan aq juga tak bisa menolak untuk menghilangkan rasa itu.

Pada suatu ketika aq mengunjungi sahabatqu, entah kenapa hatiqu seolah-olah berbicara bahwa aq akan menunggu datangnya seseorang dari tempat ini. Hingga aq memperoleh sebuah salam darinya. Andai dia tahu bahwa saat itu adalah bagian hari terindah dalam hidupqu. Ekspresi jaim yang qutampilkan murni sifat perempuan alias jual mahal, membalas hanya dengan “Walaikumsalam” sangat standar, tapi dihatiqu penuh kuncup-kuncup bunga. Aq menunggu cukup lama di dermaga, menunggu dia menyapa. Di dermaga tidaklah sedikit orang yang menunggu dan banyak pula kapal yang berlabuh, tapi entah kenapa aq yakin bahwa kapal yang menjemputqu adalah bernahkodakan dia. Aq hanya sekedar menyapa kapal yang lain tanpa ada keinginan untuk ikut berlayar karena hatiqu menunggu seseorang.

Menunggu bukanlah sesuatu yang mengasikan. Pertanyaan dan kesimpulan atas pikiran sendiri terkadang menimbulkan sikap ikhlas, pasrah dan menyerah. Aq berfikir sangat pesimis saat itu ketika aq tahu bahwa kami “berbeda” dan quputuskan untuk keluar dermaga, kembali menikmati indahnya kota tanpa ada rasa sedikitpun untuk kembali ke dermaga karena rasa takut jika dia tidak menjemputqu sangatlah besar. Godaan selalu ada untuk memasuki gerbang namun qucegah mentah-mentah, biarlah aq menikmati kesendirian disini saja daripada harus melihat kapal hilir mudik entah darimana mereka berasal.

Setahun lebih perjalananqu diluar dengan menikmati kota rasanya cukup ketika dia mengabariqu pertama kali. Ooh Tuhan, apakah dia akan menjemputqu? Senyumqu tak hilang seminggu waktu itu. Seolah di gerbang tertulis selamat datang. Aaah, pikiranqu selalu diliputi rasa cemas, bukannya disetiap gerbang tertulis selamat datang? Qu teruskan saja memasuki gerbang itu dan tak mengapa bagiqu jika dia menjemput yang lain karena aq sudah merasa bahagia bisa mengenalnya walau kekecewaan pasti membekas.

Kuncup-kuncup yang dulu mulai tumbuh, kini sedikit demi sedikit sudah mulai bermekaran. Ada harapan bahwa aq pasti ikut bersamanya kelak. Dia tidaklah langsung membawaqu berlayar, namun aq diajak berjalan-jalan dulu menikmati kota dan mengenalnya. Pertama kalinya aq duduk sangat dekat dibelakangnya, seperti anak kecil yang memeluk erat saat dibonceng ayahnya, aq bahagia. “perbedaan” yang dulu menjadi pikiranqu sudah qutepis jauh-jauh dan hari-hariqu hanya diisi hati yang penuh dengan bunga. Hingga tibalah waktunya, dia mengajakqu berlayar ke sungai kecil. Pelajaran moral pertama : Allah menciptakan sungai menjadi tempat yang romantis. Entah bagaimana menggambarkan perasaanqu saat itu, hati yang deg-degan bahagia, bunga-bunga bermekaran dengan sempurna, bintang-bintang menjadi saksi dan alam mendukung kami.

Bahagiaqu tidaklah hilang hingga sekarang dan kini qumenanti dia membawaqu berlayar menggunakan kapal kecilnya ke laut luas yang penuh dengan gelombang. Dia dihatiqu dan akan selalu ada dihatiqu. Aq hanya berharap semoga Allah mempertemukan kami dengan menghapus “perbedaan” itu. Aq hanya ingin membuatnya tersenyum.

Jumat, 25 Juli 2008

about love


“Cinta yang dibangun di atas dasar kecantikan, seperti kecantikan itu sendiri, akan segera mati.” [John Donne]

“Seorang pria jatuh cinta melalui matanya, seorang wanita jatuh cinta melalui telinganya.” [Woodrow Wyatt]

“Cinta itu seperti kilat : Anda tidak dapat mengatakan dimana akan menyambar sampai mereka sudah turun lebih dahulu dan Anda tidak sempat menghindar.” [Jean Baptiste Lacordaire]

“Cinta yang belum dewasa mengatakan, ‘Aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu.’ Cinta yang dewasa mengatakan, ‘Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu.’ ” [Erich Fromm]

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api, yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. [Sapardi Djoko Damono]

“Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam” [lirik lagu Dewa]

“Pikirkan cinta, meski tak mengucapkannya, maka duniapun akan terasa lebih terang.” [Ella Wheeler Wilcox]

“Kasih memberikan dirinya sendiri, bukan dibeli.” [Henry Wadsworth Longfellow]

“Tidak semua yang dapat dihitung akan diperhitungkan, sebaliknya tidak semua yang diperhitungkan dapat dihitung.” [Albert Einstein]

Ketika para pria dan wanita berkata “sepakat”, itu hanya dalam kesimpulan mereka, kenyataannya alasan-alasan mereka selalu berbeda. [George Santayana]

Nafsu, sekalipun merupakan manajer yang buruk, tetapi merupakan penguasa. Jadi berhati-hatilah berurusan dengannya. [Ralph Waldo Emerson]

Ketika Anda menentukan pilihan hidup, maka saat itulah ujian sebenarnya bagi karakter dan kompetensi Anda. [Stephen Covey]

“Cinta bukanlah saling menatap satu terhadap yang lain, tetapi melihat bersama-sama kea rah yang sama.” [Antonie DeSaint-Exupery]

"Aq tidak tau itu dibenarkan atau tidakharus berbuat apa, yang qu tau aq merasakannya" [chiko]

Jumat, 04 Juli 2008



kenapa denganqu
ada apa denganqu

dengan mencoba melepaskan semua yang ada dibenakqu
ternyata tidak membuatqu tegar
aq justru menjadi pengecut dengan
berlari hingga lelah
harusnya aq menjalani dengan apa adanya
tapi aq tak mampu dengan ini
karna setiap langkah membuatqu sakit
karna aq terhempas oleh anganqu
karna perhiasan indah dihadapanqu dengan nyata tak dapat quraih

Senin, 18 Februari 2008

apa ya?

aduh aduh....
kenapa sepertinya otakqu kacau berat ya...
gak bisa kompromi ma perasaan .... menyedihkan

apa benar, orang yang suka membohongi diri sendiri itu adalah orang kesepian??
masa' sih aq kesepian?
ah entahlah.....